Mengenai kopi

Sejarah kopi konon bermula pada abad ke-9 di Ethiopia. Namun, budidaya dan perdagangan kopi baru mulai populer pada abad ke-15 oleh pedagang Arab di Yaman. Kopi mencapai Eropa pada abad ke-17 namun tidak dapat tumbuh baik di sana. Bangsa-bangsa Eropa lantas menggunakan daerah jajahannya untuk membudidayakan tanaman kopi. Indonesia, yang diduduki Belanda, memiliki andil yang besar dalam sejarah dan persebaran jenis kopi di dunia.
Untuk ulasan lebih lanjut, mari simak artikel sejarah kopi dunia & Indonesia berikut. Semoga dapat menambah wawasan Anda mengenai minuman primadona dunia ini.

Asal Usul Kopi

Sejarah kopi sangat erat kaitannya dengan peradaban kaum muslim era kekhalifahan. Peradaban muslim punya pengaruh yang besar bagi perkembangan peradaban dunia, baik dalam hal sains, teknologi, budaya, seni, sastra, hingga kuliner. Budaya minum kopi adalah salah satunya.

1. Budaya Minum Kopi Orang Muslim

Sejarah Kopi - Orang Timur Tengah
Sumber: Wikimedia Commons
Konon, tanaman kopi pertama kali ditemukan di daratan Afrika, tepatnya di daerah yang merupakan bagian dari negara Ethiopia, yaitu Abyssinia. Masyarakat Ethiopia mulai mengkonsumsinya sejak abad ke-9. Pada saat itu kopi belum dikenal luas di dunia.
Biji kopi menjadi komersial setelah dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman pada pertengahan abad ke-15. Kopi dipopulerkan menjadi minuman oleh orang-orang muslim. Istilah kopi juga lahir dari bahasa Arabqahwah yang berarti kekuatan.
Berkat peradabannya yang lebih maju dari Afrika, Arab membudidayakan kopi sendiri dan mengekspornya ke penjuru dunia. Orang-orang muslim mulai menyebarluaskan kopi melalui Pelabuhan Mocha, Yaman.
Berdasarkan literatur sejarah kopi, minuman ini sempat menjadi komoditas utama di dunia Islam. Minuman kopi sangat populer di kalangan peziarah kota Mekah meskipun beberapa kali dinyatakan sebagai minuman terlarang. Para peziarah meminumnya untuk mengusir kantuk dan tetap terjaga saat beribadah malam.

2. Era Kekhalifahan dan Penyebaran Kopi ke Eropa

Pada masa kekhalifahan Turki Utsmani di abad ke-15, kopi menjadi sajian utama di setiap perayaan. Melalui Turki inilah, minuman pahit berwarna hitam kecokelatan ini mulai dikenal dan disukai oleh orang-orang Eropa.
Perbedaan budaya dan bahasa membuat bangsa Turki menyebut qahwah menjadi kahveh. Mulai dari sinilah kemudian orang-orang Belanda mengenal dan menyebutnya koffie.
Orang-orang Kristen Eropa mengadopsi kebiasaan minum kopi karena erat kaitannya dengan kemegahan dan kekayaan orang-orang Turki Ustmani. Pada saat itu, kopi arabika merupakan primadona bahkan menjadi minuman kelas menengah di Inggris pada tahun 1600-an.
Kopi lantas menjadi komoditas penting di dunia. Orang-orang Eropa mencoba membudidayakannya sendiri. Namun, seringkali upaya tersebut gagal karena tanaman kopi tidak bisa tumbuh baik di sana.
Oleh karena tidak bisa tumbuh baik di negerinya, beberapa negara di Eropa membawa tanaman ini ke daerah lain. Biasanya mereka memanfaatkan negara koloni atau jajahannya.

Legenda tentang Asal Usul Minuman Kopi

Ada dua kisah legendaris tentang sejarah kopi. Legenda tersebut berkisah tentang Khaldi yang bertemu dengan kambing-kambing, dan Omar yang bekerja sebagai tabib. Dua mitos ini menceritakan awal manusia mulai mengonsumsi kopi.
Kedua kisah tersebut sangat terkenal dan mendunia. Siapa saja yang mencoba untuk menelusuri sejarah kopi akan bertemu dengan dua mitos ini.

1. Khaldi dan Kambing yang Menari

Sejarah Kopi - Khaldi dan Kambing
Cerita ini merupakan mitos yang lahir di Ethiopia. Seiring dengan persebaran kopi di dunia, kisah ini pun tersebar secara lisan hingga melegenda.
Konon, hiduplah seorang lelaki penggembala kambing bernama Khaldi pada kisaran tahun 850. Suatu hari, kambing-kambingnya melompat-lompat kegirangan seperti sedang menari. Usut punya usut, ia mendapati kambingnya telah memakan buah beri merah dari pohon yang asing.
Penasaran dengan yang dialami kambingnya, Khaldi mencoba buah tersebut. Setelah memakannya, ia menjadi bersemangat seperti kambing-kambingnya itu.
Khaldi menceritakan apa yang dialaminya kepada petapa atau biarawan. Si biarawan kemudian tertarik untuk mencoba buah ajaib itu. Ia pun bisa menjadi lebih kuat dan terjaga sepanjang malam tanpa mengantuk untuk berdoa.
Oleh karena buah tersebut terasa sangat pahit, maka biarawan itu mulai mengolahnya. Ia mencoba memanggang dan menyeduh buah tersebut. Sejak itulah kopi mulai dikenal sebagai minuman yang dapat menambah tenaga dan mengusir rasa kantuk.

2. Omar Si Tabib Sufi

Sejarah Kopi - Omar si Tabib Sufi
Sumber: earthstoriez
Pada suatu hari, hidup seorang tabib penganut sufi di kota Mocha, Yaman. Ia bernama Ali bin Omar al Shadili dan biasa disapa Omar.
Omar dikenal sebagai tabib yang memadukan tindakan medis dengan doa. Hampir segala penyakit bisa ia sembuhkan dengan cara itu. Ia pun menjadi tabib terkenal dan terpercaya di kota Mocha.
Kepopuleran Omar tersebut tidak disukai oleh penguasa lokal. Segala upaya dilakukan untuk menjatuhkan Omar, seperti menggosipkannya telah bersekutu dengan setan untuk menyembuhkan pasiennya. Akhirnya masyarakat mengusir Omar dari Mocha.
Omar pergi menjauh dan tinggal di dalam gua di luar kota Mocha. Pada saat ia mulai kelaparan, ia menemukan semak yang penuh dengan buah beri berwarna merah.
Omar berpikir bahwa buah tersebut merupakan tanda Tuhan hendak menyelamatkannya. Ia pun memakan buah itu untuk mengusir rasa laparnya. Oleh karena rasa beri merah itu pahit, segala cara dilakukannya untuk mengolah buah itu hingga ke bijinya.
Usaha Omar tidak membuahkan hasil karena ia tetap tak bisa menikmati buah itu. Ia pun hanya meminum cairan dari biji buah itu untuk memuaskan rasa hausnya. Tidak disangka, cairan yang ia minum mampu menyegarkan tubuhnya.
Singkat cerita, banyak pasien datang ke gua dan meminta Omar untuk kembali menyembuhkan penyakit orang-orang. Omar pun mulai menggunakan air seduhan dari biji buah beri itu sebagai obat mujarab. Air itu pun terkenal dan disebut dengan nama Mocha.

Jenis-Jenis Tanaman Kopi

Terdapat lebih dari 100 spesies, atau jenis kopi yang dikenal. Namun kebanyakan rasanya tidak enak atau memiliki hasil panen yang kecil.
Hanya ada tiga jenis kopi yang menjadi komoditas populer di dunia yaitu Arabika (Coffea arabica), Robusta (Coffea canephora var. robusta), dan Liberika (Coffea liberica). Berikut adalah ulasan mengenai ketiga jenis kopi tersebut.

1. Arabika

Coffea arabica atau yang biasa dikenal dengan arabika adalah kopi pertama yang ditemukan di Ethiopia dan oleh bangsa Arab disebarkan ke penjuru dunia. Nama arabika kemudian digunakan karena peran bangsa Arab dalam menyebarkan biji kopi tersebut. Arabika juga merupakan jenis kopi pertama yang dibawa ke Indonesia oleh Belanda.
Tanaman arabika dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.000-2.000 meter dari permukaan laut. Pada dataran yang lebih rendah, tanaman ini sebenarnya masih bisa tumbuh. Namun, pertumbuhannya tidak akan optimal dan sangat mudah terserang hama.
Biji arabika mengandung kafein yang rendah sehingga rasa dan aromanya lebih menonjol. Ciri khas kopi arabika adalah rasanya yang asam dan warna seduhan yang tidak terlalu kental.
Jenis kopi arabika adalah yang paling diminati karena bisa menghasilkan beberapa varietas dengan aroma yang unik dan berbeda-beda. Bahkan, tanaman arabika yang sama dapat menghasilkan varietas kopi yang baru jika ditanam di daerah yang berbeda. Di Indonesia sendiri, kita bisa menemukan dan menikmati berbagai varietas arabika, mulai dari Aceh hingga Papua.
Oleh karena jenis dan rasanya yang beraneka ragam, arabika lebih banyak diminati daripada kopi robusta. Harganya pun lebih mahal karena perawatan tanaman arabika lebih sulit dibanding robusta. Sekitar 70% dari produksi kopi di dunia adalah jenis arabika.

2. Robusta

Tanaman kopi robusta ini bernama latin Coffea canephora var. robusta dan dipercaya pertama kali ditemukan di Kongo. Jenis ini sebetulnya merupakan subspesies atau varietas dari Coffea canephora. 
Setidaknya ada dua varietas utama Coffea canephora, yaitu robusta dan nganda. Namun, di antara keduanya, robustalah yang lebih populer sehingga namanya sering digunakan untuk menyebut canephora.
Nama robusta diambil dari kata robust yang berarti kuat. Sayangnya, meski tanaman ini lebih kuat dan tahan terhadap gangguan hama dibanding arabika, kualitas buahnya lebih rendah.
Indonesia termasuk penghasil kopi robusta terbesar setelah Vietnam dan Brazil dalam perdagangan global. Lebih dari 80% perkebunan di Indonesia ditanami robusta.
Konon, dahulu robusta didatangkan ke Indonesia oleh Belanda untuk menggantikan produksi jenis kopi arabika karena perawatannya lebih gampang. Oleh karena inilah, tanaman kopi robusta lebih banyak ditemui di Indonesia daripada arabika. Kopi robusta ini pernah mengantarkan Indonesia menjadi ladang pengekspor kopi terbesar di dunia.
Tanaman kopi robusta dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-900 atau idealnya 400-800 meter dari permukaan laut. Suhu rata-rata yang dibutuhkan untuk tumbuh adalah sekitar 24-30 °C dengan curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun.
Robusta memiliki rasa yang kuat, kasar, dan cenderung lebih pahit dibandingkan dengan arabika. Oleh karena itu, sangat cocok digunakan pada minuman kopi yang menggunakan campuran susu seperti latte, cappuccino, mochacino, dan olahan kopi susu lainnya. Selain itu, robusta juga banyak digunakan sebagai bahan baku kopi instan.
Biji kopi robusta memiliki harga yang lebih murah dari arabika. Hal ini disebabkan oleh perawatannya yang mudah dan sangat tahan dengan berbagai penyakit tumbuhan. Kopi robusta memenuhi sekitar 28% dari produksi kopi di dunia.

3. Liberika

Coffea liberica atau kopi liberika pertama ditemukan di negara Liberia. Banyak orang beranggapan bahwa tanaman ini berasal dari daerah tersebut. Padahal liberika juga ditemukan tumbuh liar di daerah Afrika lainnya.
Pohon liberika bisa mencapai tinggi 18 meter. Ukuran buahnya lebih besar dibanding arabika dan robusta. Meski buahnya besar, bobot buah keringnya hanya 10% dari bobot basahnya.
Penyusutan bobot ketika dipanen ini tentu kurang disukai oleh para petani. Ongkos panen menjadi lebih mahal. Hal ini membuat petani enggan mengembangkan kopi liberika sehingga produksi dan persebarannya tidak seramai arabika dan robusta.
Meskipun masih dibudidayakan di beberapa daerah, tingkat produksi liberika adalah yang paling rendah dari jenis lainnya. Produksi liberika kiranya hanya sekitar 1-2% dari produksi kopi dunia.

Excelsa

Ada satu varian kopi liberika populer yang pada mulanya dianggap sebagai satu spesies sendiri, yaitu excelsa. Seorang botanis asal Prancis, Jean Paul Antoine Lebrun mengklasifikasikan excelsa sebagai salah satu varietas dari liberika. Pada 2006, excelsa diakui dan diresmikan dengan nama ilmiah Coffea liberica var. dewerei.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah kopi di Indonesia